
Watang ini pada masa lalu digunakan untuk latihan watangan, yakni latihan ketangkasan berkuda sambil bermain perang-perangan (perang tombak). Latihan ketangkasan bermain watangan ini umumnya diselenggarakan di alun-alun negaragung atau kuthagara. Penyelenggara umumnya raja, adipati, atau penguasa setempat.
Latihan watangan sangat berguna untuk melatih keterampilan para prajurit sebelum mereka menghadapi perang tombak yang sesungguhnya.
Secara luas pepatah ini ingin menyatakan tentang orang yang dalam meraih atau mencita-citakan sesuatu tidak pernah tercapai atau selalu gagal, seperti layaknya orang yang matang meleset dan menombak pun tidak pernah kena pada sasaran juga. [tembi]