Betapapun panjang lorong masih lebih panjang tenggorokan.
dawa : panjang
sadawa-dawane: sepanjang-panjangnya, betapapun panjangnya
lurung : lorong, jalan
isih : masih
gurung : tenggorokan
Arti yang tersirat
Pembicaraan orang dapat tersebar luas hingga tak terbatas. Apa yang dituturkan oleh seseorang, lebih-lebih tentang cela seseorang, mudah sekali tersiar ke mana-mana tanpa mengenal batas.
Nilai yang terkandung
Ungkapan ini mengandung nilai positif, yaitu ajaran atau nasihat agar orang jangan bersikap dan berbuat tidak baik.
Latar belakang sejarah/ falsafah
Watake wong Jawa: dhemen ngrasani tanggane (sifat orang Jawa senang membicarakan atau menggosipkan tetangganya), demikian pendapat seorang penulis terkenal, Padmosusastro.
Mungkin sifat senang gossip itu bukan hanya milik orang Jawa, melainkan dimiliki oleh setiap orang di seluruh muka bumi.
Berlandaskan kenyataan bahwa setiap orang senang gossip, maka lahirlah ajaran, nasihat atau pesan yang terpateri di dalam sebuah ungkapan sadawa-dawane lurung, isih luwih dawa gurung.
Pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat
Ungkapan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Ungkapan ini memagari atau membatasi sikap dan perbuatan orang untuk tidak berbuat cela.
Orang kemudian menjadi hati-hati, menghindari perbuatan cela, agar jangan menjadi sasarn gossip orang lain. Tambahan pula adanya kenyataan, bahwa berita selalu lebih besar daripada kenyataan, seperti di dalam ungkapan undhaking pawarta sudaning kiriman
Kedudukannya di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini
Ungkapan ini sampai saat ini masih berlaku di dalam kehidupan masyarakat, merupakan salah satu sarana pengendalian ketegangan masyarakat.
Ungkapan lain yang ada hubungannya
Undhaking pawarta, sudaning kiriman, bertambahnya berita, berkurangnya kiriman.
Artinya, berita selalu berkembang, kiriman barang selalu berkurang.
Source